![]() |
PALEMBANG, SP - Hujan
deras dalam peralihan musim kemarau ke penghujan berdampak berdampak
langsung pada kualitas air baku Sungai Musi karena banjir membawa
partikel-partikel kotoran sampah ke hilir sungai. Sehingga air baku PDAM
Tirta Musi menjadi keruh.
Direktur
PDAM Tirta Musi Palembang Andi Wijaya Adani melalui Direktur
Operasional Cik Mit mengatakan, pengurangan debit dan tekanan air yang
disebabkan kondisi air baku di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Rambutan
Turbity mencapai 1200 NTU (number of Turbidity Unit) dimana kondisi normal 50 -100 NTU.
"Ini menjadi penyebab air baku tidak mampu diolah oleh IPA yang ada secara maksimal," jelasnya, Rabu (18/12/2019).
Cik
Mit mengatakan, peralihan musim kemarau ke musim hujan yang cukup
ekstrim di kawasan hulu Sungai Musi ini langsung berdampak pada air baku
Sungai Musi sebagai sumber utama air PDAM Tirta Musi Palembang.
"Untuk
meminalisirkan permasalahan yang terjadi saat ini, PDAM sedang
mengupayakan pengunaan Polimer (bahan kimia tambahan) tambahan sebagai
kaogulan (untuk mengikat kekeruhan) agar proses produksi air dapat
kembali normal," jelasnya.
Selama
pemulihan ini, tentu saja kata Cik Mit akan berdampak pada distribusi
air bersih kepada sejumlah pelanggan, yakni meliputi, sebagaian besar
wilayah seberang ilir, Unit Rambutan, Unit Kalidoni, Unit 3 Ilir
(mengurangi tekanan dan debit air), Unit KM 4, Karang Anyar (seluruh
wilayah).
Selain
itu, Unit Sako (Tanjung Sari1, Tanjung Sari 2, Kedondong, Pipa Reja),
Unit Alang Alang Lebar ( Talang Jambe, Surya Sakti, HM Soleh, Sukadamai,
Lubuk Kawah, Sukarela, Sukasenang, Sukabakti,Sukabangun, Lintas Barat,
Komplek PLN, Polantas, Kaur Soak Kiri).
Menurut
Cik Mit, bagian Hulu Palembang tidak terlalu berpengaruh dari dampak
kekeruhan ini, karena sumber utama air baku berasal dari Sungai Ogan.
"Untuk pelanggan yang berada di wilayah terkena dampak agar dapat dengan
bijak mengunakan dan mengantisipasi pengunaan air," katanya.
Salah
seorang pelanggan PDAM Tirta Musi, warga Jalan Dwikora, Rika
mengatakan, keruhnya sudah berlangsung beberapa hari terakhir. Sehingga
ia harus menggunakan air isi ulang untuk memasak. Karena dikhawatirkan
air tidak sehat untuk dikonsumsi meskipun sudah dimasak.
"Kita
tidak pakai untuk memasak kalau lagi keruh seperti ini, jadi pakai air
isi ulang. Mungkin aman, tapi waspada saja," ujarnya. (Ara)
