PALEMBANG,SP - Walikota Palembang Ratu Dewa mengumumkan bahwa Bumi Sriwijaya kini telah menambah Aesan Paksangko sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) terbaru pada 2025.
Walikota Palembang Ratu Dewa mengatakan, WBTb tersebut meliputi Aesan Paksangko, Rumah Rakit Palembang dan kuliner Bubur Suro yang kerap tersedia saat momen bulan Ramadan.
"Penetapan ini menjadi bukti nyata bahwa Palembang berkomitmen untuk terus menjaga dan menghidupkan warisan leluhur," kata Ratu Dewa.
Tak hanya mendapat label WBTb terhadap sejumlah budaya dan kuliner khas Palembang, Dewa juga mengumumkan dengan bangga bahwa keberadaan Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II yang terletak di dalam kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) sudah memperoleh sertifikat Standar Nasional sebagai Museum Tipe A.
"Sertifikasi ini menandakan pengelolaannya yang profesional dan berstandar nasional," katanya.
Sejarawan Palembang Vebri Al Lintani menyampaikan, Aesan Paksongko juga dilengakapi dengan berbagai aksesori di baju pengantin. Seperti jubah, kalung, bunga melati, teratai, selempang sawit, carkalimah, gelang kano, gelang gepeng, baju, rompi, celana, songket dada, kain songket dan saputangan wangsit berbentuk segitiga dikaitkan di jari tangan.
"Dominasi warnanya merah dilengkapi benang emas serta jubah bermotif bunga dan bintang emas. Tapi, sekarang baju pengantin tidak hanya merah dan banyak pilihan warna lain untuk mengikuti tren," katanya.
Bicara soal keagungan Aesan Paksangko, pakaian adat tersebut memiliki gaya busana mewah. Aksesori Aesan Paksongko bagi pria biasanya menggunakan songket Lepus sulam emas, selempang songket, seluar atau celana, serta sebuah songkok emas yang digunakan di kepala.
"Sementara Aesan Paksangko bagi wanita memakai baju kurung merah dengan motif bintang emas dengan mahkota sebagai penutup kepala, teratai penutup dada, serta kain songket bersulam emas," jelasnya.
Kemudian bicara soal bentuk pakaian adat tersebut yang dominan bermotif teratai, bermakna bahwa laki-laki maupun perempuan mesti memiliki rasa kesabaran dan ketabahan hati dalam hal apapun. Sedangkan songket bermotif geometris abstrak murni berarti keramahan, ketertiban, dan saling menghormati sesama masyarakat Palembang.
"Pakaian ini bermotif hampir sama dengan songket, tetapi biasanya jenis kain dodot bermotif tumpal dengan garis zig-zag yang menyimbolkan kedua pengantin adalah makhluk sosial," katanya. (Ara)
