![]() |
PALI, SP - Jembatan Desa Tempirai Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) dalam kondisi yang memprihatinkan, lantaran Sering di lewati oleh kendaraan Dump Truk pengangkut material yang diduga melebihi tonase, Senin (07/10/19).
Warga setempat keluhkan hal itu lantaran jembatan yang biasa mereka gunakan saat ini dalam kondisi rusak.
Menurut Supar Tono warga setempat kerusakan jembatan dominan disebabkan oleh aktivitas Proyek Pembangunan peningkatan jalan menuju kampung seberang Desa Tempirai kecamatan Penukal Utara.
Proyek yang di kerjakan oleh PT RATRI SEMPANA, sebagai mana yang tertera di Papan proyek tersebut juga menurutnya tidak memikirkan kerugian yang dialami warga apabila jembatan tersebut sampai ambruk.
"Seharusnya pembangunan jalan tersebut tidak berdampak negatif terhadap perekonomian masyarakat seperti warga Desa Tempirai, Tempirai Utara, Tempirai Selatan, Tempirai Barat dan Tempirai Timur, karena jelas kita mau seluruh jalan yang ada di PALI jadi bagus"tuturnya.
"Namun bila dalam proses pembangunnya mengakibatkan jembatan yang biasa kami lalui sebagai Akses ke kebu rusak parah jelas itu sangat merugikan kami"tambahnya.
Jembatan lubuk padu warga sekitar menanaminya sebelumnya bagus dan kokoh namun semenjak dilalui oleh alat berat dari pihak kontraktor kini jemabatan tersebut hancur, bahkan berkemungkinan bisa membahayakan keselamatan warga yang melewatinya.
Hal serupa juga disampaikan Marson anggota LSM Generasi Muda Peduli Tanah Air (GEMPITA) melihat kondisi jalan yang cukup membahayakan menurutnya pihak terkait harus bertindak cepat tanggap.
"Dapat dilihat sendiri kan kondisi jembatannya saya berharap kepada Pemkab PALI melalui Dinas pekerjaan umum untuk memanggil dan memberikan teguran pada pihak PT Ratri Sempana, untuk bertanggung jawab atas kerusakan jembatan Lubuk Padu sebab kerusakan terjadi diduga akibat dari aktivitas alat berat dan mobil pengangkut material yang melaluinya" Terangnya.
Sedangkan ketua umum Perhimpunan Mahasiswa Pemuda PALI (PERMA PALI) Anton Afrison SH, Sangat menyayangkan cara kerja kontraktor yang tidak memikirkan dampak lingkungan sekitar dan tidak memiliki inisiatif segera memperbaiki jembatan sehingga kesannya tidak bertangung jawab.
"Perlu diketahui, bahwa jembatan tersebut merupakan urat nadi perekenomian masyarakat Desa Tempirai, kenapa demikian karena 50 persen lebih warga melewati jembatan tersebut saat hendak melakukan rutinitas menyadap karet atau aktifitas lainya. Namun kini mereka merasa was-was dan takut sebab kondisi jembatan hampir ambruk"Jelas Anton.
"Pada September tepatnya bulan lalu, saya sudah menyampaikan kondisi jembatan tersebut kepada kepala dinas pekerjaan umum melaui Via pesan WhatsApp dengan tujuan agar kiranya pada tahun 2020 mendatang dapat di anggarkan untuk membangun jembatan kami secara permanen serta meminta pada pihak dinas terkait agar PT. RATRI SEMPANA bertanggung jawab,”terangnya.
Sementara itu kepala Dinas PU dan pihak kontraktor belum bisa dihubunggi baik melalui Via telpon ataupun pesan singkat (SMS) sampai berita ini di terbitkan. (AK)