Notification

×

Tag Terpopuler

Setengah Miliar Upal di Bakar BI

Thursday, October 10, 2019 | Thursday, October 10, 2019 WIB Last Updated 2019-10-10T02:25:55Z
Add caption
-Raihan di Sumsel Selama Tiga Tahun 

-Polisi Temukan Modus Baru 

PALEMBANG, SPUang senilai Rp 511.015.000 atau lebih dari setengah miliar dibakar langsung oleh Bank Indonesia disaksikan pihak Kejati dan Polda Sumsel, Rabu (9/10) di kantor Perwakilan Bank Indonesia. Uang tersebut dipastikan merupakan uang palsu yang beredar di masyarakat sejak tiga tahun lalu.

Kepala Perwakilan BI Sumsel, Yunita Resmi Sari mengatakan, uang rupiah palsu tersebut diserahkan oleh perbankan maupun masyarakat langsung kepada bank sentral.

"Dari temuan uang palsu tersebut yang terbanyak adalah pecahan nominal 100.000, yakni sebanyak 3.662 lembar, sisanya diikuti pecahan lain mulai dari 50.000 sebanyak 2.719 lembar, 20.000 sebanyak 412 lembar, 10.000 sebanyak 82 lembar dan 5.000 sebanyak 25 lembar," ujar Yunita. 

Menurutnya, temuan ribuan lembar uang palsu selama tiga tahun terakhir itu tergolong sedikit. Untuk memeriksa keasliannya, pihaknya memerlukan waktu karena harus dikirimkan ke Kantor BI di Jakarta dan setelahnya perlu mendapatkan penetapan dari Pengadilan Negeri.

Yunita menjelaskan, pemberantasan uang palsu dilakukan bank sentral dengan melibatkan pihak terkait lainnya, terutama kepolisian. 

Selain itu, BI juga berkoordinasi dengan Kejaksaan Tinggi, Kementerian Keuangan dan Badan Intelijen Negara (BIN).

"Upaya pemberantasan uang palsu merupakan salah satu bentuk dari upaya kita menjaga uang rupiah sebagai lambang NKRI," katanya.

Selain itu, kata Yunita, pihaknya juga menjaga uang rupiah dengan rutin melakukan sosialisasi terkait ciri-ciri keaslian uang rupiah di seluruh pelosok Sumsel.

"Sosialisasi juga kita lakukan ke seluruh segmen masyarakat, mulai dari pelajar, akademisi, profesional dan petugas teller perbankan sebagai garda terdepan penerima uang dari masyarakat," bebernya.

Hanya saja, saat ini baru 10 bank yang aktif melaporkan tentang setoran dan temuan uang palsu ke Bank Indonesia, padahal jumlah perbankan di Sumsel capai 50an lebih. "Makanya ini yang akan terus kita dorong karena perbankan ini jadi muara masuknya upal," katanya.

Sementara itu, Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumsel, AKBP Dewa Nyoman mengatakan, sejauh ini belum ada tersangka yang menjalani atas kasus peredaran uang palsu di Sumsel.

"Biasanya uang palsu itu beredar di dunia malam, seperti hiburan malam. Termasuk juga menjelang hari besar keagamaan, itu sangat rawan sekali," singkatnya.

Dia mencium adanya modus baru yang ditemukan di Sumsel, terkait adanya peredaran uang palsu. Umumnya para tersangka memanfaatkan masyarakatuntuk melakukan penyebaran hingga saatnya uang itu masuk ke bank melalui penyetoran. hanya saja yang jadi korban justru bukan tersangka atau pelaku langsung. Namun masyarakat umum sendiri. "Banyak uang palsu masuk ke perbankan tapi pas kita selidiki justru yang melakukan penyetoran itu adalah juga sebagai korban. Artinya perbankan dijadikan tempat keluar masuknya upal " katanya. Modus ini yang dia temukan banyak terjadi di Sumsel.

Dia bahkan menyebut sudah beberapa kali memeriksa nasabah yang melakukan penyetoran upal. Dari hasil pemeriksaan itulah, teryata rata-rata yang melakukan penyetoran adalah korban. Namun Nyoman enggan merinci berapa total kasus uang palsu yang sedang ditangani pihaknya. Seingat dia, yang terjadi baru-baru ini di kawasan Lais Muba Sumsel. "Disini kita sudah menetapkan satu tersangka sebagai pengedar upal, untuk penggandaan belum kita temukan,"katanya. 

Makanya dia menyimpulkan keterlibatan perbankan yang secara proaktif melaporkan sangat membantu pihaknya memutus mata rantai penggandaan uang palsu. Hanya memang di Sumsel, dibandingkan kota lain di Indonesia kasus peredaran upal masih sedikit. "kalau di sumsel tidak terlalu banyak, tapi kita bersama BI dan pihak lainnya terus melakukan koordinasi untuk memutus mata rantai upal," katanya. (wik)
×
Berita Terbaru Update