Notification

×

Tag Terpopuler

Kucing-kucingan Dengan Petugas, Manusia Gerobak Tetap Keliaran

Monday, November 25, 2019 | Monday, November 25, 2019 WIB Last Updated 2019-11-25T02:13:28Z

PALEMBANG, SPManusia gerobak, tidaklah baru di metropolis ini. Bertahun-tahun lalu telah ada. Keberadaannya semakin menjadi sorotan beberapa waktu terakhir. Meski tetap terhitung jumlahnya, namun keberadaan manusia gerobak membuat miris hati yang melihatnya.

Manusia gerobak sebutan bagi mereka yang tak memiliki tempat tinggal dan mengandalkan gerobak sebagai rumah dan dijadikan tempat mencari penghidupan. Mereka berpindah-pindah sembari mencari barang-barang bekas untuk dijual ke pengepul. Tak banyak yang didapat, namun untunglah untuk mengganjal perut.

Orang-orang dengan membawa gerobak juga menyertakan anak-anak memang tidak secara gamblang meminta-minta. Mereka mencari barang rongsokan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Mereka lebih sering terpantau di siang hingga malam hari, di kawasan Jalan Angkatan 45, POM IX dan Jalan Sudirman.

Tak dapat dipungkiri bahwa manusia gerobak lahir akibat laju urbanisasi ke Palembang yang sulit dibendung. Tarna adalah salah dari sekian banyak manusia gerobak. Ia mencoba mengais rezeki di tengah gemerlap kota. Hidup adalah perjuangan. Dan menjadi manusia gerobak adalah pilihan bagi mereka yang tidak ingin gagal dalam hidup sekeras di ibu kota.
"Masih ada yang bawa gerobak seperti kami, ya mau bagaimana, kami tidak punya uang dan mengambil barang bekas," katanya.

Tarna tidak punya tempat tinggal tetap. Ia dan anak-anaknya tinggal digerobak atau sesekali kembali ke rumah saudaranya di Kertapati. Bagi mereka, gerobak bukan hanya alat untuk mengangkut barang-barang bekas. Gerobak roda dua itu juga menjadi tempat tinggal. Kehidupan Tarna dan keluarga kecilnya jauh dari kata sempurna.

"Tidur berimpitan dalam gerobak. Mandi di sungai yang keruh, memulung dengan penghasilan yang tak pasti," keluhnya.

Kepala Dinsos Palembang, Heri Aprian mengatakan, Manusia Gerobak sudah lama menjadi perhatian untuk ditertibkan. Setidaknya, mereka tidak ke jalan protokol dan dikhawatirkan menyebabkan lalulintas dan ketertiban terganggu. Patroli sudah sering dilakukan, mereka berkeliaran terutama masuk ke kawasan kota, jalan-jalan protokol yakni Jalan Jenderal Sudirman.

"Mulai siang mereka sudah berkeliaran hingga malam hari. Ini bukan fenomena baru," ujarnya.

Sementara itu, salah satu warga Demang Lebar Daun, Heru mengatakan, sebaiknya pemerintah lebih ekstra memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya. Dimana saat ini lapangan kerja yang masih minim, serta di tambah dengan pendidikan yang semakin sulit di dapatkan oleh masyarakat bawah.

"Lebih diperhatikan lagi, jangan hanya dilarang melakukan aktifitas ini. Seharusnya pemerintah juga menyediakan lapangan kerja untuk masyarakat seperti ini, harus ada alternatif. Pastinya mereka seperti ini karena demi kelangsungan hidup juga," ujarnya. (Ara).
×
Berita Terbaru Update