![]() |
PALEMBANG, SP - Menyambut libur tahun baru 2020, Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu akan menggelar Korean Festival pada 29 Desember 2019 - 2 Januari 2020.
Event yang dipastikan akan mendongkrak lonjakan pengunjung ini
diharapkan dapat meningkatkan kecintaan masyarakat Palembang terhadap
alam.
Manager TWA Punti Kayu Palembang Raden Azka mengatakan,
menarik minat masyarakat Palembang untuk berlibur di nuansa alam dengan
cara menghadirkan event yang menarik dan kekinian. Kali ini, Korean
Festival dinilai cukup menarik terutama di kalangan muda.
"Selama libur tahun baru di Punti Kayu akan ada fashion
show tema Korea, food court / jajanan, spot foto korea dan akan ada sewa
baju handbok," katanya, Senin (9/12/2019).
Korean Festival di Punti Kayu digelar di dekat wahana
reflika. Kawasan itu dipilih lantaran cukup strategis dan pengunjung
juga bisa sekalian menikmati reflika yang dibangun disana seperti
Reflika Piramida Mesir, Menara Eiffel Paris, Big Ben London, Menara Pisa
Italia.
"Kita sudah koordinasi juga dengan komunitas pecinta Korea.
Kita pilih tema ini lantaran kita mengikuti kecenderungan anak muda
sekarang yang suka dengan hal-hal berbau Korea," katanya.
Objek wisata alam ini cukup diminati masyarakat dan
wisatawan pada momentum tertentu seperti liburan sekolah, hari besar
keagamaan dan akhir pekan. Pada hari biasa, pengunjung mencapai 200
perhari, sementara saat weekend bisa 1000.
"Sementara libur tahun baru bisa puluhan ribu. Kita
berharap tahun ini juga sama," katanya. Pada saat libur / tanggal merah
tiket masuk satu orang Rp12.000, hari biasa Rp10.000, kendaraan roda dua Rp5000 dan kendaraan roda empat Rp10.000.
Pihaknya juga kini terus berbenah untuk meningkatkan jumlah
para pengunjung ke objek wisata alam yang berlokasi di tengah Kota
Palembang itu. Sebab selain wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun
kerap kali mengunjungi Punti Kayu. Seperti Columbia, India, Uustralia,
Philipina.
"Ya kita lakukan beberapa perbaikan fasilitas yang ada," ujarnya.
Selain itu, regenerasi pohon pinus juga dilakukan oleh
pihak pengelola mengingat telah pohon pinus yang ada saat ini sudah
semakin tua dan beberapa telah tumbang. Pinus bisa hidup selama ratusan
tahun namun jika tidak dikembangbiakkan dikhawatirkan punah di kawasan
itu.
"Terlebih pinus adalah tanaman dataran tinggi. Dulunya pinus ditanam pada masa Belanda sekitar tahun 1937 di Punti Kayu ini," katanya.
Regenerasi dilakukan dengan mencoba menanam bibit pinus di
kawasan Punti Kayu tetapi tidak berjalan mulus. Hanya 10 batang bertahan
hidup dari puluhan pohon yang dicoba bahkan perkembangannya tidak
terlalu baik dibanding tanaman lainnya.
"Antisipasinya kita koordinasi dengan Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Kehutanan dan akhirnya kita boleh menanam pohon
lain selain pinus, yakni diantaranya mahoni, pulai, angsana, akasia dan
matoa," katanya. (Ara).