![]() |
Kepala Dinas PUPR Kota Palembang, Ahmad Bastari Yusak, (foto/net) |
PALEMBANG, SP - Kota yang semakin berkembang dari sisi pembangunan, secara tidak langsung membuat struktur kota menjadi berubah. Sementara pengembangan kota sejauh ini tidak diimbangi dengan kapasitas saluran air yang mumpuni sehingga membuat Palembang selalu banjir setiap hujan deras.
Palembang sudah ada di musim penghujan. BMKG pun memprediksi hujan dengan intensitas sedang dan deras akan berlangsung sejak pertengahan Desember ini. Banjir menjadi permasalahan komplek yang dinilai Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang harus diselesaikan bersama.
Kepala Dinas PUPR Kota Palembang, Ahmad Bastari Yusak mengatakan, perlu adanya koordinasi dan itu telah dilaksanakan dengan pihak Pemprov Sumsel. Air yang mengalir di drainase tidak sebanding dengan kapasitasnya. Hal itu lah yang terjadi saat ini.
"Sehingga perlu dibebaskan dengan memperbesar saluran air. Salah satunya seperti saluran air mulai dari Charitas, Kantor Gubernur, Pengadilan Agama hingga ke Sungai Baung. Prose membongkar dan diperbesar sedang dilakukan saat ini oleh pihak provinsi," katanya.
Bastari mengakui jika telah ada perubahan struktur kota dampak dari pembangunan. Dengan telah bagusnya infrastruktur yang di bagian atas seperti LRT, sehingga dengan memperbaiki saluran di bawah pun dinilai penting.
"Hal ini mesti dilakukan, juga tidak terlepas dari banyaknya orang buang sampah sembarangan juga yang jadi penyumbat aliran drainase, ini harus dituntaskan," katanya.
Tak hanya di kawasan itu saja, memperbesar saluran air juga dilakukan di Sudirman juga Tengkuruk. Dengan demikian saat hujan deras, genangan berkurang. "Perbaikan saluran selain Tengkuruk, Sudirman, Kapten A Rivai dan beberapa kawasan lainnya," katanya.
Disamping memperbaiki saluran air, pemkot juga sedang mengupayakan menambah jumlah kolam retensi. Tiga kawasan sudah dibebaskan lahannya, yaitu Kancil putih Pulau, sekitar Grand City di AAL, Kalidoni dan perbaikan di Tanjung Burung dan Tanjung Sari.
"Idealnya setiap kolam retensi itu ada pompa, minimal 1 pompa. Tapi sejauh ini kolam yang dilengkapi pompa hanya baru Kolam Retensi IBA, satu pompa ini dengan kapasitas 600 liter perdetik," katanya.
Bastari tidak menampik jika pengadaan pompa air membutuhkan sekitar Rp1 miliar termasuk untuk rumah pompa. Selain itu, setelah dipasang harus ada yang bertanggung jawab untuk pemeliharaan.
"Karen Anggarannya bertahap, maka pengadaannya pun bertahap," ujarnya.
Minimnya pompa yang dimiliki menjadi PR Pemerintah Kota Palembang selanjutnya demi mengentas permasalahan banjir. Bastari mengatakan, saat ini ketersediaan pompa air baru di aliran sungai. "Seperti di Jembatan Sungai Baung, Simpang Lima DPRD Provinsi Sumsel, kawasan Veteran dengan posisinya di aliran sungai," katanya. (Ara)