![]() |
Pelaku kesenian Dul Muluk sekaligus Pembina Teater Arafah UIN Raden Fatah Palembang, Anthoni Ansori. (foto/ist) |
PALEMBANG, SP – Pelaku kesenian Dul Muluk sekaligus Pembina Teater Arafah UIN Raden Fatah
Palembang, Anthoni Ansori mengatakan, salah satu upaya untuk menjaga
kebudayaan lokal di Sumsel dengan cara di lestarikan.
Menuerutnya, banyaik
cara yang bisa dilakukan untuk melestarian sejumlah kekayaan budaya lokal yang
ada di kota Palembang maupun Sumsel. salah satunya dengan aktif terlibat dalam
sejumlah kesenian, salah satunya Dul Muluk.
“Seperti tetap aktif di
kesenian daerah, kususnya seni pertunjukan Dul Muluk bisa menjadi salah satu
cara ikut serta melestarikan. Banyak
manfaatnya mengenal karya–karya sastra
lisan yang ada di Sumsel. Bagi saya melestarikan itu dimulai dari diri kita
sendiri, memberikan contoh,” kata Anthoni kepada Sumsel Pers, kemarin.
Menurutnya, setiap
daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya masing-masing dan memilikimciri
khas yang berbeda satu dengan lainnya. Termasuk di Sumsel yang memiliki
sejumlah kekayaan seperti bahasa daerahyang beragam disetiap kabupaten/kota.
“Salah satu ciri khas
ada di sastra tutur (lisan) yang memilik gaya penyampian yang berbeda-beda,”
terangnya.
Dia mencontohkan, Kota Pagaralam
sendiri dikenal dengan sastra lisan yaitu Guritan, Kabupaten Lahat memiliki sastra
lisan Tadut, Ogan Kombering Ilir ( OKI ) memiliki Jelehieman, dan masih banyak
nama – nama sastra lisan lainnya yang ada di Sumsel.
“Kekayaan budaya ini
harus terus dikembangkan dan dilestarikan pada generasi muda. Jika tidak, akan
terancam hilang,” paparnya.
Menurutnya, kesenian
daerah sudah tergolong diminati generasi muda saat ini. Salah satu upaya yang
dilakukan untuk menanamkan kecintaan tersebut dengan memlakukan pementasan di
sejumlah tempat termasuk di mall yang menjadi salah satu tempat favorite anak milenial saat ini.
Hal yang sama juga
dikatakan penulis naskah Sineas daerah tahun 90-an, Yos Ellyas. Kebudayaan
lokal mulai dirilirk anak milenial
termasuk budaya sastra tutur yang kerap ditampilkan dalam bentuk seni
pertunjukan. (Edwin Fast)