Notification

×

Tag Terpopuler

Pedagang Kecil Menjerit

Wednesday, January 22, 2020 | Wednesday, January 22, 2020 WIB Last Updated 2020-01-22T03:16:05Z

- Sikapi Rencana Kenaikan Gas Elpiji 3 Kg

PALEMBANG, SP - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk mencabut subsidi elpiji 3 kilogram pada pertengahan tahun ini. Harga gas melon yang semula berkisar harga Rp18 -21ribu, diperkirakan akan naik hingga mencapai Rp35 ribu per tabung. Lalu seperti apa tanggapan pelaku usaha mikro di Kota Palembang.

Yahya pemilik usaha laundry kiloan yang berada di Jalan Sosial, Km 5, Palembang mengatakan, dalam sehari ia biasa menghabiskan hingga 10 tabung gas elpiji 3 kg untuk keperluan menyetrika pakaian konsumennya.

Namun, jika nantinya harga gas elpiji 3 kg naik, ia pun berencana untuk menggantinya dengan penggunaan briket batubara, yang menurut dia, akan lebih murah ongkosnya dibandingkan harga satu tabung gas elpiji 3 kg seteleh pencabutan subsidi nantinya.

“Saya tidak akan menaikkan harga jasa laundry, karena jika naik nanti berimbas pada omzer yang berkurang, paling nanti saya ganti dengan memakai briket batubara yang harganya lebih terjangkau. Sehingga tetap terkendali kebutuhan untuk setrika pakaian,” kata Yahya, saat ditemui di gerai laundy miliknya, Selasa (21/1).

Ditambahkan Yahya, ia biasa menjual jasa laundry pakaian dan setrika seharga Rp5 ribu per kg, sejak awal buka di 2008 silam, dengan hasil yang diklaimnya, tidak pernah mengecewakan konsumen, artinya pakaian bersih, rapih dan wangi.

“Kabarnya, nanti uang subsidi yang dicabut itu, dialihkan untuk membantu masyarakat yang ekonominya kecil. Semoga aja nanti uang itu benar-benar tepat sasaran dan dipakai untuk hal yang lebih membantu masyarakat kecil," harapnya.

Sementara itu, Assikin pedagang gorengan yang biasa mangkal di depan salah satu gerai minimarket ternama di kawasan Pakjo, Palembang mengaku, kenaikan gas elpiji 3 kg itu nantinya, dipastikan membebani usahanya.

"Saat ini saja pemasukan saya kecil, gorengan ini bukan hanya memakai gas tapi juga minyak goreng yang sudah beberapa hari ini naik, begitu juga cabe rawit juga naik. Kalau misal harga tabung naik, mau saya jual berapa lagi dagangan saya ini?” keluh Yadi.

Diakui Yadi, dalam seharinya ia biasa menghabiskan, satu hingga dua tabung gas elpiji ukuran 3 kg, untuk 10-15 kg tepung terigu, yang ia gunakan untuk menggoreng dagangannya, dan untuk menjaga dagangannya tetap hangat, atau jika konsumen minta digoreng kembali. Tabung itu, ia simpan di dalam gerobaknya.

"Harga jual gasnya saja sekarang saya beli antara Rp18 ribu - 20 ribu. Saya beli per dua hari sekali, ini saja yang biasanya untuk beli bahan-bahan dalam sehari biasanya Rp500 ribu, sekarang bisa mencapai Rp650 ribu -700 ribu, kalau naik harga gas elpiji 3 kg, tentu bertambah besar lagi pengeluaran saya," kata Assikin.

Ia berharap pemerintah bisa membuat regulasi khusus, agar wacana ini tak memberatkan masyarakat kecil sepertinya. "Misal ada kartu subsidi jadi tepat penggunannya. Sekarang kan sering disalahgunakan, banyak yang mampu, tapi pakainya gas 3 kg," katanya.

Slamet Riyadi pedagang nasi goreng di Jalan Sosial, Km 5, Palembang mengaku tidak keberatan dengan wacana tersebut. "Saya sebenarnya setuju saja, yang penting ada barangnya karena jika tidak ada, bagaimana kami bisa dagang lagi, paling dinaikan sedikit saja, misal saat ini biasa saya jual nasi goreng Rp10 ribu per porsi, nanti saya naikan menjadi Rp11 ribu,“ kata Slamet Riyadi.

Irma, seorang ibu rumah tangga saat ditanya dengan rencana kenaikan gas elpiji 3 kg mengaku mengeluh, ditambah lagi penghasilannya sebagai buruh harian tidak seberapa, belum lagi untuk biaya sekolah anak-anaknya yang juga tidak mendapat bantuan dari pemerintah.

“Jika benaran naik, bisa bertambah berat beban hidup saya, kalau bisa jangan naik, meskipun katanya nanti ada gantinya dengan bantuan subsidi, tapi kebanyakan yang dapat bantuan itu tidak tepat sasaran,” ujarnya. (dkd) 
×
Berita Terbaru Update