Notification

×

Tag Terpopuler

Penjahit Rumahan Kebanjiran Orderan Masker

Thursday, April 02, 2020 | Thursday, April 02, 2020 WIB Last Updated 2020-04-02T02:23:39Z

PALEMBANG, SP - Di tengah merebaknya pandemi virus corona yang semakin meluas, masker pelindung menjadi barang yang banyak dicari, berbagai upaya dilakukan untuk bisa mendapatkan masker. Hal ini pun dimanfaatkan para penjahit rumahan di Kota Palembang untuk menerima jasa pembuatan masker.

Dina Mardiana, penjahit sekaligus mentor di komunitas Tailor Indonesia Chapter Sumsel mengatakan, sejak sebulan terakhir ini, dirinya kebanjiran order untuk membuat masker yang berbahan dasar kain. 

“Awalnya membuat masker untuk memenuhi kebutuhan sendiri, selanjutnya posting di media sosial, ternyata ada yang minat order, jadi lanjut deh,” kata Dina, yang juga merupakan owner dari Butik Adisha, yang berada di Perumnas Sako, Palembang, Rabu (1/4).

Lebih lanjut Dina bercerita, pemesan pertama masker karyanya itu adalah temannya sendiri, yang memesan 10 lembar masker. Tak disangka, keesokan harinya, sang teman tadi kembali memesan masker dalam jumlah 10 kali lipat lebih banyak, untuk dibagikan kepada kaum dhuafa di Kota Palembang, pada hari Jumat. Kemudian, pesanan terus berlanjut di hari-hari berikutnya, hingga total 150 lembar masker yang telah laku dipesan.

“Karena sudah biasa menjahit, saya berpikir gampang buat masker. Setelah dijalani, ternyata capek banget dan membosankan, hari pertama jahit masker ternyata hanya mampu menjahit sebanyak 15 lembar, dan itupun hingga malam hari membuatnya,” ujarnya.

Untuk satu buah masker, Dina membanderolnya seharga Rp6 ribu saja, dengan menggunakan bahan sisa kain jahitannya yang tidak lagi terpakai. Sementara jenis kain yang ia pakai beragam, mulai dari jenis velvet, maxmara, hingga batik. Kian hari kian banyak yang orderan yang masuk, sehingga ia pun mulai merasa kewalahan bekerja sendirian dirumahnya.

“Sekarang pesanan banyak, dalam satu hari itu, minimal ada tiga orang yang order dalam jumlah yang lumayan banyak, satu orang itu pesan paling sedikit 10 lembar masker. Saya berusaha memenuhi semua pesanan itu sendirian, meskin harus begadang tiap malam,” tuturnya.

Dina mengakui, sejak virus corona mulai mewabah, permintaan menjahit di tempat usahanya terus menurun. Bahkan dalam sehari terkadang tidak ada omzet sama sekali. Tidak hanya itu, sejumlah pelanggan yang sudah memesan pakaian banyak yang tidak segera datang mengambil pakaian yang sudah selesai dibuat. “Menurun sejak ada corona, karena pesta pernikahan ditunda semua, dan jahitan yang sudah masuk juga di-pending, jadi kita kerjakan yang darurat dulu,” ungkapnya.

Meskipun orderan masker meningkat. Namun, Dina mengaku tidak suka dengan musibah ini, dan berharap semoga wabah ini cepat berlalu.  

Selain itu, Dina juga menerima pesanan Alat Pelindung Diri (APD) yang dibuat dari bahan sponbound, dengan ukuran all size yang mana untuk polanya, ia mengukur contoh APD yang sudah jadi yang dipinjam dari sebuah rumah sakit.

Sementara itu, penjahit lainnya Qiqi Maria, warga Seduduk Putih Palembang mengaku, membuat masker sejak awal beredar kabar terkait wabah virus corona ini, semula dibuat hanya untuk digunakan kalangan keluarga semata. Kemudian banyak dapat orderan dari teman-teman di dekat rumahnya.

“Masker yang dibuat ini untuk donasi, mulai jahit dari pagi sampai sore hari. Sebenarnya, pesanan teman-teman banyak tapi belum di elesaikan, karena mau menyelesaikan yang untuk donasi terlebih dahulu,” katanya.

Begitu juga dengan penjahit Kurnia Fashion di lebong gajah, yang awalnya mendapat pesanan dari guru les private anak- anaknya yang membawa contoh masker yang dipakai sebanyak 10 lembar masker. “Baru rampung satu lembar masker, iseng-iseng upload ke medsos, ternyata banyak yang suka dan pesan. Terhitung sekitar 30 masker yang harus diselesaikan dalam waktu dua hari, belum genap dua hari, sudah ada lagi yang pesan sampai 500 lembar masker, sampai terkejut dan bingung,” paparnya.

Lain halnya dengan pejahit Titin yang berada di kawasan Talang Jambe, Palembang, pertama bikin masker untuk dipakai sendiri oleh suaminya yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek online (ojol). “Gak tahunya teman-teman suami minta dibikinin juga, ya dikasihkan aja gratis ke mereka, lalu di posting di medsos, kemudian banyak yang pesan termasuk saudara yang ada di Tangerang,” katanya. (dkd)
×
Berita Terbaru Update