Notification

×

Tag Terpopuler

Harga Turun Hasil menurun

Monday, August 19, 2019 | Monday, August 19, 2019 WIB Last Updated 2019-08-19T08:45:44Z
Pani Salah Seorang Jasa Pengangkut Kopi dari Kediaman Darmawan ke Tokeh Kopi Senin (18/8)
LAHAT, SP - Penurunan harga kopi pasca memasuki musim panen sangat di rasahkan oleh petani. Dari harga Rp. 22.000 turun Rp.17.000 terjadi sejak lima bulan menjelang panen. Hal tersebut diungkapkan Darmawan Petani kopi dusun 1V Selpa Desa Tunggul Bute Kecamatan Kota Agung Senin (18/8) lokasi perkebunan.

"Ya, sangat terasa turunnya harga. Biaya perawatan dan oprasional cukup lumayan tinggi setiap tahunnya",Keluhnya.

Saat ini petani kopi sudah mulai membudidayakan kopi stek (Peremajaan kopi tua)  yang membutuhkan perawatan khusus untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

 "Itulah bedanya, kopi lokal tidak membutuhkan pemupukan yang maksimal sementara kopi stek sangat ketergantungan dengan pupuk. biaya cukup besar namun cukup sebanding dengan hasil bilamana harga membaik dan naik",Ungkapnya.

Selain biaya perawatan, Oprasional juga lumayan tinggi dari proses pemetikan buah, Penutukan dan pengangkutan ke toko kopi "Tokeh" yang jaraknya lumayan jauh dengan kondisi medan jalan masih tanah.

"Upah pemetikan Rp.30.000 perkarung, penggilingan Rp.1.000 perkilu dan pengangkutan Rp. 1.000 Perkilu". Kata bapak tiga anak yang kesemuanya masih proses belajar.

Sementara Irham Tokeh kopi menceritakan kondisi hasil panen pasca adanya peremajaan pada kopi tua, hasil panen petani cukup lumyan baik. Selain musim panen besar, petani kopi masih bisah panen dua atau tiga bulan sekali.
"Penjulan ke Lampung langsung. Kondisi harga memang turun draktis sementara hasil panen petani cukup senikpikan menurun"ungkapnya.

Kurang masimalnya hasil panen kopi tahun ini sambunya disebabkan faktor cuaca yang tidak mendukung. Akibatnya banyak buah mudah runtuh sebelum tua. "Waktu berbunga kondisi cuaca musim penghujan. Itulah salah satu sebab kurangnya hasil petani",Pungkasnya. (KH.Helmi)
×
Berita Terbaru Update