![]() |
PALEMBANG,
SP - Kualitas penyaluran kredit UMKM
di Sumatera Selatan (Sumsel) tercatat sudah melampaui ambang batas non
perfoming loan yakni mencapai 5,39 persen.
Berdasarkan data yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) Kantor Regional 7 Sumatera Bagian Selatan (KR 7 Sumbagsel), rasio NPL di
atas 5 persen per Oktober 2019 itu bahkan melampaui rasio NPL kredit UMKM
secara nasional.
Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa
Keuangan OJK Regional 7 Sumbagsel, Mochammad Subandi mengatakan, bahwa
tingginya rasio NPL kredit UMKM di Sumsel tidak terlepas dari pengaruh
penurunan harga komoditas perkebunan.
“Komoditas terbesar di Sumsel kan harganya
belum stabil, seperti kelapa sawit dan karet, hal ini juga berdampak pada
sektor UMKM,” katanya saat acara media information sharing, Selasa
(10/12/2019) kemarin.
Subandi mengatakan, saat ini penyaluran
kredit UMKM oleh perbankan di Sumsel mencapai Rp27 triliun. Sektor kredit
tersebut, kata dia berkontribusi sekitar 32 persen terhadap total penyaluran
kredit di provinsi itu yang mencapai Rp84,5 triliun.
Sebetulnya, lanjut Subandi, kredit UMKM masih
mencatat pertumbuhan yang positif yakni sebesar 5,38 persen. Namun demikian,
pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan nasional yang mencapai 9,46
persen.
Dia menambahkan, secara umum rasio NPL
penyaluran kredit di Sumsel hanya sebesar 3,53 persen dengan rasio loan
to deposit (LDR) mencapai 96,43 persen. “Kredit tersebut tumbuh 5,21
persen secara year on year dengan market share
sebesar 1,5 persen,” katanya. (dee)
