Notification

×

Tag Terpopuler

Imbas Virus Corona Harga Karet Sumsel Anjlok

Wednesday, February 26, 2020 | Wednesday, February 26, 2020 WIB Last Updated 2020-02-26T02:56:10Z

PALEMBANG, SP – Wabah Virus Corona yang ditemukan pertama kali di Kota Wuhan, Hubei, China, tak hanya menyebar di sejumlah negara di dunia, juga berdampak pada turunnya ekspor karet Indonesia, khususnya dari Sumatera Selatan (Sumsel) ke Negeri Tirai Bambu tersebut.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Sumsel Alex K Eddy mengungkapkan, biasanya menjelang tahun baru Imlek setiap tahunnya, pihaknya memang menyetop sementara ekspor karet ke China. Pihaknya menurut dia, sengaja menyetop ekspor ke China selama lima hari, karena semua merayakan Imlek, dan pabrik di China pun melakukan setop produksi.

“Namun, berbeda denan tahun ini, dimana pascaImlek, Tiongkok dikejutkan dengan serangan Virus Corona yang juga berdampak pada industri pengolahan ban disana,” katanya saat dihubungi Sumsel Pers, melalui aplikasi pesan singkat, Selasa (25/2).

Masih kata Alex, akibat karyawan di China banyak yang dikarantina sehingga aktivitas perusahaan setop, berimbas pada anjloknya harga karet dunia. Jika sebelumnya harga karet sempat naik sebesar USD1,5 per kilogramnya, tapi saat ini kembali turun di USD1,3.

“Tiongkok itu merupakan negara dengan tujuan ekspor terbesar sehingga, harga karet dunia anjlok saat permintaan disana juga turun,” ujarnya.

Karenanya, saat ini pihaknya mengandalkan ekspor ke sejumlah negara lain seperti Amerika, India dan Brazil, namun jumlahnya tidaklah sebesar China. “Ekspor karet memang masih lebih besar jika dibandingkan dengan konsumsi domestik dalam negeri hanya 600 ribu ton per tahun, sedangkan ekspor karet dalam satu tahun bisa mencapai 1 juta ton dengan ekspor terbesar ke China,” ucapnya.

Diakuinya, ketika pasar karet anjlok seperti saat ini, petani karet lah yang paling merasakan langsung dampak dari penurunan harga karet, karena itulah saat ini pihaknya akan terus melakukan koordinasi, agar petani karet dan pabrik karet yang ada bisa tetap berjalan.

“Dalam satu tahun pabrik karet yang ada di Palembang, saat ini membutukan lebih kurang 1.5 juta sampai 1.7 juta ton karet. Sedangkan petani sampai saat ini hanya mampu memenuhi 1,2 juta ton per tahun,” ucapnya.

Demi kelancaran ekspor saat ini, pihaknya masih menurut Alex, tidak terpaku hanya di satu negara saja, namun sudah mengalihkan kerjasama dengan negara-negara lain untuk tetap menjaga stabilitas harga karet. 

“Kami berharap agar pemerintah mulai melakukan hilirisasi karet agar tidak bergantung dengan negara tujuan ekspor saja. Apalagi saat ini, bukan hanya Indonesia saja yang memiliki perkebunan karet, tapi ada juga beberapa negara seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia yang juga menjadi saingan ekspor kita,” ujarnya. (dkd)
×
Berita Terbaru Update