![]() |
Berawal Dari Bugemm, Antarkan Karya Ilmiah Dellia ke Ajang ESI (foto/raf) |
PALEMBANG, SP - Tidak pernah dibayangkan oleh darah manis
Dellia Fientepani bahwa hasil penelitiannya yang mengasyikkan bakal diujikan hingga ke ajang
Internasional.
“Ini bermula dari Bugemm, program sekolah yang
wajib kami ikuti setiap semesternya mulai dari kelas X. Dalam program ini, kami
dibimbing untuk membuat sebuah karya tulis,” kata gadis kelahiran Palembang 18
Oktober ini.
Ia juga mengaku tidak percaya diri dengan
karyanya, namun berkat motivasi dari guru pembimbing akhirnya ia memutuskan
untuk maju. Alhamdulillah, karyanya
diperhitungkan dan berhasil lolos seleksi dalam Expo Sciences International
(ESI) 2019 yang diselenggarakan Kementerian Urusan Kepresidenan Uni Emirat Arab.
Dellia menuturkan, ide penelitiannyanya berawal
ketika ia melihat daun cucur bebek yang banyak tumbuh di daerahnya dan berpikir
kalau daun cucur bebek ini memiliki karakteristik yang sama dengan lidah buaya
yang telah dikenal bisa menyembuhkan luka.
"Kemudian saya memiliki inisiatif
membandingkan efektifitas penyembuh luka dua jenis tanaman itu menggunakan
media tikus. Penelitian yang semula hanya untuk menyelesaikan tugas Bugemm
perdananya saat kelas X ini ternyata gak nyangka bisa berlanjut hingga kompetisi
internasional," kata cewek yang bercita-cita ingin jadi dokter bedah ini.
Dari pengalamannya ini, Dellia mengingatkan
kepada adik-adik kelasnya yang sedang berjibaku menyelesaikan karya Bugemm
untuk serius menyelesaikan tugas dan jangan putus asa. Bugemm bagi Delia sangat
bermanfaat dalam membiasakan menulis karya ilmiah dan meneliti. “Adik-adik
nanti akan merasakan sendiri manfaatnya. Jangan dijadikan beban, jadikan
sebuah proses pembelajaran yang punya beribu manfaat. Bugemm bukan beban,
Bugemm itu jalan menuju kesuksesan,” kata putrid dari papsangan Yusmardani
dan Rukiah ini.
Guru pembimbing Dellia, Widya Grantina SPd MT
menganggap penelitian anak didiknya ini terbilang unik walau tampak sederhana.
Oleh karenanya ia memilih penelitian ini untuk diikutkan dalam lomba peneliti
belia secara bertahap dari tingkat kota, provinsi hingga
regional. Beberapa bulan lalu, panitia Center Young Scientists (CYS)
memanggil Delia untuk merevisi dan melanjutkan tahapan lombanya. “Jadi,
prosesnya sudah cukup lama,” ujar Widya.
Widya juga menjelaskan, selain program Bugemm
yang memotivasi anak didik untuk meneliti, di SMAN17 Palembang juga terdapat
ekstrakurikuler khusus yang memfasilitasi peserta didik yang gemar membuat
karya ilmiah yaitu Kirana 17. Di sini peserta didik dibimbing lebih mendalam
bagaimana membuat karya tulis yang baik. “Mereka juga termotivasi
oleh kakak-kakak kelasnya yang lebih dulu memenangi lomba dalam berbagai
level,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 17 Palembang,
Dr Parmin SPd MM mengatakan sekolah memfasilitasi peserta didik yang memiliki
bakat di berbagai bidang, termasuk dalam penelitian ilmiah. Program unggulan
sekolah seperti Bugemm terbukti efektif membimbing dan memotivasi siswa untuk berkarya. “Mereka juga
berkesempatan menguji karyanya hingga level internasional, prestasi ini akan
terus kita dorong agar terus berkarya melalui hasil penelitian mereka, ”
tutupnya (Raf)