Notification

×

Tag Terpopuler

Jarak Pandang 700 Meter, Dua Penerbangan Tertunda

Thursday, September 19, 2019 | Thursday, September 19, 2019 WIB Last Updated 2019-09-19T02:57:24Z

PALEMBANG, SP - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kian pekat kembali berdampak terhadap aktivitas penerbangan. Dua penerbangan dari Jakarta menuju Kota Palembang tertunda akibat jarak pandang 700 meter, Rabu (18/9).

Kedua penerbangan tersebut, yakni maskapai Garuda Indonesia rute Jakarta-Palembang terpaksa tertunda (delay) dan maskapai Batik Air dengan rute Jakarta-Palembang. “Ya, tadi pagi ada dua penerbangan yang delay karena jarak pandang 700 meter. Kedua maskapai itu Garuda Indonesia dan Batik Air,” ujar GM Angkasa Pura II, Fahrozi di Palembang.

Sementara itu, Kasi Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, menyebut jarak pandang tertinggi yang tercatat di Bandara SMB II Palembang pada 17  September 2019 hanya 7 kilometer dan terendah pada pagi hari pada 18 September 2019 berkisar 700-800 meter. “Kondisi itu dengan kelembapan 95-96% dengan keadaan cuaca asap (smoke) dan berdampak dua penerbangan mengalami delay,” kata dia.

Menurutnya, fluktuasi jarak pandang kemarin hingga pagi tadi teramati naik hingga 7 kilometer pada siang hari pukul 11.00-12.00 WIB. Kemudian menurun kembali hingga 1,5 kilometer pada pukul 17.00-18.00 WIB, selanjutnya naik kembali hingga 7 kilometer pada pukul 21.00-22.00 WIB, dan kembali terus menurun hingga pukul 05.00-06.00 WIB.

Dijelaskannya, angin permukaan yang tercatat di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang umumnya dari tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot (9-37 kilometer per jam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat karhutla ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya. 

Sumber dari LAPAN pada 18 September 2019 tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah selatan-tenggara Kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80% yang berkontribusi asap ke wilayah Kota Palembang yakni pada kawasan SP Padang, Banyu Asin I, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran dan Mesuji. 

Sedangkan, Intensitas Asap (Smoke) umumnya meningkat terjadi pada dini hari menjelang pagi hari (pukul 01.00-07.00 WIB) ini dikarenakan labilitas udara yang stabil pada saat tersebut. Dia menilai, genomena asap diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara yang dihasilkan dari proses pembakaran. “Ini berpotensi diperburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah/uap air) sehingga membentuk fenomena smog (kabut asap),” ungkap dia.

Untuk kondisi langit, lanjutnya, pada malam hari tanpa awan mengakibatkan radiasi permukaan bumi lepas keluar atmosfer bumi tanpa penghalang mengakibatkan suhu di permukaan relatif dingin pada saat dini hari menjelang pagi hari yakni berkisar antara 22-23 derajat celcius. Setelah terbit matahari keadaan udara akan relatif labil sehingga partikel kering (asap) akan terangkat naik dan jarak pandang akan menjadi lebih baik, tapi partikel kering (asap) yang pergerakannya karena angin horizontal akan tetap ada di permukaan dan akan menyebabkan kekeruhan udara. “Kondisi ini akan terus berpotensi berlangsung dikarenakan berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG tidak ada potensi hujan dalam rentang prakiraan 18-23 September 2019 di wilayah Sumatera Selatan,” tuturnya. (Lan)
×
Berita Terbaru Update