Notification

×

Tag Terpopuler

Belasan Jam Terlantar di UGD, Pelayanan RSMH Palembang Dipertanyakan

Wednesday, December 11, 2019 | Wednesday, December 11, 2019 WIB Last Updated 2019-12-11T02:45:32Z

Pasien terlantar selama 12 jam di UGD RSMH Palembang, (foto/dee)

PALEMBANG, SP
- Kecewa dengan pelayanan yang kurang maksimal oleh pihak Rumah Sakit Umum Pusat Dr Mohammad Hoesin Palembang, membuat keluarga pasien mempertanyakan kinerja tenaga medis dan SOP di rumah sakit tersebut.




Sorotan keras dan kekecewaan kerabat pasien terhadap tenaga medis dan SOP pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSMH bermula saat sang pasien, Sabella Liberti yang dibawa dalam kondisi lemas oleh keluarga ke RSMH karena penyakit kanker yang dideritanya dibuat harus menunggu selama 12 jam tanpa kejelasan, Senin (9/12) pagi.

Orang tua pasien, Febuar Rahman mengatakan, putrinya yang sebelumnya merasa nyeri selama dua hari ini, Senin kemarin sekitar pukul 10.30 WIB, dibawa ke RSMH untuk segera mendapatkan pertolongan.

Namun, setelah diperiksa di UGD petugas meminta pasien menunggu untuk mendapaykan kejelasan apakah akan dirawat inap atau diperbolehkan pulang untuk dirawat jalan.

"RSMH Palembang merupakan rumah sakit yang seharusnya sudah dikelola secara profesional. Namun, hingga saat ini pelayanannya jauh dari kata profesional dan humanis," jelasnya, Selasa (10/12/2019) kemarin.

"Padahal jelas Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 2. Salah satu poin penting dalam Permenkes tersebut adalah mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/pasien gawat darurat dan menurunkan angka kematian serta kecacatan. Terlepas dari Permenkes tersebut, saya selaku orang tua pasien merasa sangat kecewa," ujarnya lagi. 

Febuar mengungkapkan, dirinya merasa tidak menyangka jika rumah sakit yang besar seperti ini ternyata pelayanannya kurang maksimal. 

SOP seperti apa yang sebenarnya telah diterapkan karena dari pagi dirinya harus menunggu kabar mengenai tindaklanjut perawatan terhadap putrinya dan baru pukul 20.00 WIB, mendapat kejelasan dari petugas bahwa putrinya harus dirawat inap.

"Saya tidak mengerti SOP seperti apa yang diterapkan di RSMH ini yang membiarkan pasien harus menunggu selama kurang lebih 12 jam untuk mendapatkan perawatan yang maksimal. Setelah itu, kita juga masih harus menunggu dua jam kemudian untuk mendapatkan kamar dengan alasan yang macam-macam," jelas Febuar.

Atas apa yang dialaminya, Febuar meminta semua pihak yang bertanggung jawab termasuk Gubernur Sumsel Herman Deru, harus membuka mata dan perlu meninjau pelayanan di setiap rumah sakit khususnya milik pemerintah.

"Kita tidak bisa menyalahkan petugasnya. Karena kalau sistemnya benar dan dengan SOP tidak bertele-tele petugas akan bisa memberikan pelayana pada pasien dengan baik pula. Untuk itu saya meminta semua pihak yang berkepentingan untuk dapat memperhatikan hal ini agar peristiwa yang saya alami tidak terulang dan dialami pasien lain," tegasnya.

Febuar juga berpesan kepada anggota DPRD Sumsel agar lebih banyak memperhatikan persoalan rakyat di lapangan dari pada mengadakan perjalan studi banding ke luar daerah.(dee)


×
Berita Terbaru Update