![]() |
Pasien terlantar selama 12 jam di UGD RSMH Palembang, (foto/dee)
PALEMBANG, SP - Kecewa dengan pelayanan yang kurang maksimal oleh pihak Rumah Sakit Umum Pusat Dr Mohammad Hoesin Palembang, membuat keluarga pasien mempertanyakan kinerja tenaga medis dan SOP di rumah sakit tersebut.
Sorotan keras dan kekecewaan kerabat pasien terhadap tenaga medis dan SOP
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSMH bermula saat sang pasien,
Sabella Liberti yang dibawa dalam kondisi lemas oleh keluarga ke RSMH karena
penyakit kanker yang dideritanya dibuat harus menunggu selama 12 jam tanpa kejelasan,
Senin (9/12) pagi.
Orang tua pasien, Febuar Rahman mengatakan, putrinya yang sebelumnya merasa
nyeri selama dua hari ini, Senin kemarin sekitar pukul 10.30 WIB, dibawa ke
RSMH untuk segera mendapatkan pertolongan.
Namun, setelah diperiksa di UGD petugas meminta pasien
menunggu untuk mendapaykan kejelasan apakah akan dirawat inap atau
diperbolehkan pulang untuk dirawat jalan.
"RSMH Palembang merupakan rumah sakit yang seharusnya sudah dikelola
secara profesional. Namun, hingga saat ini pelayanannya jauh dari kata
profesional dan humanis," jelasnya, Selasa (10/12/2019) kemarin.
"Padahal jelas Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor
19 Tahun 2016 Pasal 2. Salah satu poin penting dalam Permenkes tersebut adalah
mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/pasien gawat darurat dan
menurunkan angka kematian serta kecacatan. Terlepas dari Permenkes tersebut,
saya selaku orang tua pasien merasa sangat kecewa," ujarnya lagi.
Febuar mengungkapkan, dirinya merasa tidak menyangka jika rumah sakit yang
besar seperti ini ternyata pelayanannya kurang maksimal.
SOP seperti apa yang sebenarnya telah diterapkan karena dari pagi dirinya harus
menunggu kabar mengenai tindaklanjut perawatan terhadap putrinya dan baru pukul
20.00 WIB, mendapat kejelasan dari petugas bahwa putrinya harus dirawat inap.
"Saya tidak mengerti SOP seperti apa yang diterapkan di RSMH ini yang
membiarkan pasien harus menunggu selama kurang lebih 12 jam untuk mendapatkan
perawatan yang maksimal. Setelah itu, kita juga masih harus menunggu dua jam
kemudian untuk mendapatkan kamar dengan alasan yang macam-macam," jelas
Febuar.
Atas apa yang dialaminya, Febuar meminta semua pihak yang bertanggung jawab termasuk
Gubernur Sumsel Herman Deru, harus membuka mata dan perlu meninjau pelayanan di
setiap rumah sakit khususnya milik pemerintah.
"Kita tidak bisa menyalahkan petugasnya. Karena kalau sistemnya benar dan
dengan SOP tidak bertele-tele petugas akan bisa memberikan pelayana pada pasien
dengan baik pula. Untuk itu saya meminta semua pihak yang berkepentingan untuk
dapat memperhatikan hal ini agar peristiwa yang saya alami tidak terulang dan
dialami pasien lain," tegasnya.
Febuar juga berpesan kepada anggota DPRD Sumsel agar lebih banyak memperhatikan
persoalan rakyat di lapangan dari pada mengadakan perjalan studi banding ke
luar daerah.(dee)
