Kepala Museum Negeri Sumsel, H Chandra Amprayadi SH dalam sambutannya yang di bacakan Kasi Koleksi dan Konservasi Museum Negeri Sumsel mentakan ada enam tema yang diangkat yaitu rumah tradisional Sumsel, sarana transportasi tradisional Sumsel, pengobatan tradisional dalam kajian koleksi museum, ekonomi islam dalam kajian koleksi museum, ekonomi tradisional pengolahan hasil bumi dan menelusuri jejak perjuangan Mayjen TNI (Purn) dr Ak Gani.
“Kelima kajian sudah kami laksanakan ada sudah dua kali rapat, baru satu kali rapat dan ini kajian terakhir akan kami laksanakan,” katanya.
Kajian koleksi museum tersebut, ungkapnya, melibatkan berbagai nara sumber dari berbagai kalangan, antara lain akademisi dari Univesitas Sriwijaya (Unsri), UIN Raden Fatah, Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) dan Universitas PGRI Palembang.
Selain itu, jelasnya, juga melibatkan pengelola Museum dr AK Gani, Asosiasi Guru Sejarah Sumsel, Peneliti dari Balai Arkeologi Sumsel, Peneliti dari Balai Kajian Tehnologi Sumsel dan lain-lain.
“Kegiatan ini selaras dengan visi dan misi Museum Negeri Sumsel khususnya berkaitan dengan penelitian dan pengkajian koleksi, hasil kajian koleksi ini akan kami kemas dalam bentuk buku kajian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan museum khususnya dalam bidang pengelolaan koleksi dan publikasi museum,” katanya.
Menurutnya, juga dapat menjadi referensi bagi peneliti museum khususnya terkait dengan tema kajian dimaksud.
Sementara itu, Sejarawan Sumsel yang juga Dosen program studi pendidikan sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri), Drs Syafruddin Yusuf MPd. PhD menjelaskan, dalam membuat buku mengenai dr AK Gani harus punya target berapa halaman sehingga bisa menyesuaikan dengan isi yang akan ditulis dengan jumlah halaman yang dibutuhkan.
Kepala Museum dr AK Gani, Priyanti Gani SH yang juga putri dr Ak Gani mengaku, memiliki kesan tersendiri terhadap sosok dr Ak Gani dan sempat menceritakan kehidupan masa kecilnya bersama dr AK Gani.
“dr Ak Gani mengatakan, kalau komoditi karet Sumatera Selatan yang akan ditonjolkan dan kita tidak perlu lagi meminta dengan pusat, kita bisa berdiri sendiri, kita punya padi, punya karet, batubara , saya juga sempat di ajak ke pabrik ban yang hampir jadi dan kami sering ke Pulau Kemarau,” katanya.
Priyanti mengaku, dirinya adalah anak perempuan yang paling disayang dr AK Gani. (DOR)